Rabu, 18 November 2015

Prinsip Berbicara yang Islami



         Setiap ciptaan Allah SWT. di alam raya ini mempunyai tujuan penciptaannya masing-masing. Setiap yang bermanfaat dan mendatangkan kebaikan bagi manusia, Allah akan menghalalkannya. Sebaliknya segala sesuatu yang mendatangkan mudharat (bahaya), Allah pasti mengharamkannya. Firman-Nya :
“…yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (Al-A’raf : 157)
         Dalam berbagai hal, termasuk berbicara, Allah dan Rasul-Nya memberikan rambu-rambu yang menjadi panduan bagi setiap muslim karena berbicara memiliki dua dimensi sekaligus, yaitu kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kebatilan, keadilan dan kezaliman. Untuk menghindarkan manusia dari hal-hal yang mendatangkan bahaya dan dampak negatif dalam kehidupannya, maka islam sebagai agama yang syamil (universal) telah menetapkan adanya aturan dalam berbicara. Prinsip-prinsip yang dipaparkan di bawah ini merupakan sebagian dari sekian banyak panduan islam, baik yang diambil dari nas-nas tersurat maupun hasil interpretasi dari hal-hal yang tersirat. Yang dimaksud dengan nas-nas tersurat adalah ayat Al-Qur’an dan matan hadits yang secara eksplisit menyebutkan aturan dalam berbicara, sedang hal-hal yang tersirat adalah kesimpulan yang ditarik dari nas-nas umum yang secara luas menjangkau pula aspek berbicara. Prinsip-prinsip yang sekaligus menjadi adab dalam berbicara adalah sebagai berikut :
1.         Berbicara yang baik atau diam
2.         Berbicara sesuai kadar pemahaman akal pendengar
3.         Berbicara yang sederhana (jangan berbelit-belit)
4.         Tidak berbicara tentang hal yang tidak berguna (sia-sia)
5.     Menghindari kata atau istilah yang berkonotasi negatif yang sengaja diciptakan oleh musuh-musuh   kebenaran
6.         Berbicara dengan bahasa audensi

….. Bersambung …..
Diambil dari buku Retorika Haraki Seri Manajemen Tarbiyah karangan Amirudin Rahim tahun 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar