Sabtu, 07 November 2015

Gambaran Islam yang Kita Hadirkan Pada Manusia



                Ada gambaran islam yang sangat indah dan menarik, ada pula yang mengerikan. Ada yang memberi kabar baik, ada pula yang membuat orang lari terbirit-birit. Kita akan mampu menarik orang lain yang ada di sekitar kita dengan gambaran islam yang sejuk dan memberikan kabar gembira.
                Ada orang-orang yang menghadirkan islam dengan gambaran yang menjadikan bulu roma berdiri karena seramnya, yang membuat badan menggigil karena demikian berat kewajiban-kewajibannya, dan hati menjadi gemetar saat mengingat semua itu. Itulah gambaran yang meyerukan kepada islam, sesuatu yang hanya bersifat lafzhiyah dalam akidah, formalitas dalam ibadah, yang mengedepankan negativism dalam perilaku, yang surfisial dalam pemikiran, yang tekstual dalam penafsiran dan yang bersifat zhahir dalam fikih serta mengedepankan penampilan dalam kehidupan.
            
             Itulah gambaran islam yang tampil dengan wajah yang sangar, yang tidak ramah, yang tidak mengenal dalam perjalanan dakwahnya kecuali kekerasan, tidak ada cara lain dalam dialognya kecuali cara yang kasar, kaku dalam bergaul dan vulgar dalam ungkapan.
                Islam yang mereka tampilkan adalah islam yang kaku, laksana batu karang yang tidak mengenal dan tidak mengakui adanya kemungkinan perbedaan pendapat, tidak mengakui perbedaan ijtihad, tidak mengatakan kecuali hanya satu pendapat, dengan satu wajah dan pola. Islam yang tidak mendengar pendapat dan pandangan orang lain. Yang tidak melihat bahwa pada pendapatnya yang benar itu mengandung kemungkinan salah, atau pendapat orang lain yang salah itu mengandung kemungkinan benar. Mereka memandang bahwa pendapatnyalah yang benar dan tidak mungkin salah, sedangkan pendapat orang lain itu salah dan tak mungkin benar.
                Itulah islam yang tidak mengenal toleransi terhadap orang yang berbeda pendapat dalam masalah agama, yang tidak menerima dialog dengan orang-orang yang menerjunkan diri secara intens dalam maslah fikih, yang tidak memberi ruang pada adanya orang-orang yang berbeda pendapat dalam masalah siasat. Itulah islam yang memperlebar ruang haram hingga hampir saja semua kehidupan ini menjadi kumpulan dari hal-hal yang haram. Dan kalimat yang sering muncul dari mulut dan tulisan para pendakwah islam yang demikian adalah : “Haram”
                Sesungguhnya islam yang diinginkan adalah islam yang ada pada masa islam awal. Islam Al-Quran dan Sunnah, Sunnah Rasulullah dan para khulafa’ rasyidin yang mendapat petunjuk. Islam yang membuka kemudahan dan tidak menciptakan kesulitan, yang memberikan kegembiraan dan bukan membuat orang lari terbirit-birit. Islam yang penuh kelembutan dan bukan kekasaran, yang selau membuka perkenalan dan bukan saling mengingkari, yang memberikan ruang ruang toleransi dan bukan fanatisme, yang substantive dan bukan formalistic, yang melahirkan amal nyata dan bukan hanya perdebatan, yang membuka pintu ijtihad dan bukan sekedar taklid, yang selalu melakukan tajdid dan bukan status quo, yang teratur dan tidak sembrono, yang moderat dan tidak ekstrim.
                Inilah islam yang berdiri di atas dasar akidah yang ruhnya adalah tauhid, yang berdiri di atas akhlak yang ruhnya adalah kebaikan, yang ada di atas syariah yang ruhnya adalah keadilan, dan ikatan yang ruhnya adalah ukhuwah, serta buah dari semua itu adalah peradaban yang ruhnya adalah keseimbangan dan kelengkapan.
                Inilah islam yang akan mendekatkan kita pada semesta, dan semesta pun akan mendekati kita. Islam inilah yang menjadi tumpuan kebangkitan islam, atau yang wajib menjadi tumpuan gerakan islam dari semua faksinya. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa banyak gerakan islam yang membutuhkan pengalaman panjang yang melewati masa-masa “pubertas” menuju masa dewasa (Lihat :Mustaqba Al-Ushuliyyah Al-Islamiyyah, Al-Qaradhawi)
Dikutip dari buku Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi karangan Musthafa Malaikah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar