“Apakah kunjungan ini dalam upaya
PKS mendekati kalangan Nahdliyin,” tanya seorang wartawan kepada Presiden PKS
Luthfi Hasan Ishaaq dalam konferensi pers usai acara penutupan Rapat Koordinasi
Nasional PKS Zona Jati Jaya dan Bali-Nusra di Surabaya, Minggu (11/3) siang.
Pertanyaan itu disampaikan mengingat sang wartawan membaca bahwa salah satu
rangkaian acara Rakornas kali ini pimpinan PKS merencanakan bersilaturahim
dengan Ketua Syuriah PWNU Jatim KH Miftahul Ahyar, Pimpinan Pondok Pesantren
Miftahus Sunnah, Surabaya.
Menanggapi pertanyaan tersebut,
Presiden PKS senyum-senyum saja. “Kita niatnya silaturahim. Ada atau tidak ada
Rakornas kita selalu silaturahim dengan para ulama. Sebelumnya teman-teman
pimpinan wilayah PKS juga melakukan silaturahim dengan para kyai dan ulama di
sini,” jelas Luthfi.
Merasa kurang puas dengan jawaban
tersebut, wartawan lainnya mengajukan pertanyaan lanjutan. Katanya, apakah PKS
akan mengambil masa Nahdliyin yang merasa tidak puas dengan kinerja
parpol-parpol yang sekarang ada, termasuk partai yang didirikan oleh kalangan
Nahdliyin sendiri.
“Kita tidak maumencampuri urusan
rumah tangga orang. Tujuan kita silaturahin ya silaturahim. Kalau niatnya lain
nanti tidak dapat pahala,” jawab Luthfi.
Sebagai partai politik tentunya PKS
tidak bisa lepas dari persepsi bahwa apa yang dilakukan dan dikerjakan,
termasuk silaturahim dengan ulama, senantiasa dikaitkan dengan tujuan politis.
Persepsi ini sah-sah saja. Namun sebagai partai politik, apalagi menasbihkan
diri sebagai partai dakwah, PKS senantiasa berkomunikasi dengan para ulama.
Dan komunikasi dilakukan dengan
ulama dari semua kalangan, tidak terbatas hanya pada ulama NU saja, tetapi juga
dengan ulama-ulama dari Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, dan ulama dari
sejumlah organisasi lainnya. Hal ini dilakukan karena PKS menyadari pentingnya
membangun komunikasi dengan semua kalangan ulama untuk menciptakan
kesalingpahaman, kesalingmengertian, dan juga kerja sama dalam proyek-proyek
pembangunan umat.
Komunikasi juga penting untuk
saling kenal. Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Dengan komunikasi beragam
persoalan, beragam perbedaan, bahkan beragam kesalahpahaman bisa didiskusikan,
diluruskan, dan dicarikan jalan keluar terbaik dalam kerangka ukhuwah islamiyah.
Bagi PKS ukhuwah islamiyah jauh
lebih penting dari pada angka-angka electoral. PKS tidak menginginkan mencapai
angka electoral yang tinggi dengan mengorbankan ukhuwah islmaiyah. Karenanya,
dalam penyusunan UU Pemilu, PKS berkeinginan angka electoral threshold bisa
mengakomodir lolosnya partai-partai berazas dan berbasis massa Islam,
berdampingan dengan partai-partai nasionalis lainnya.
Dalam kerangka ukhuwuah islamiyah
inilah PKS membangun komunikasi dan kerjasama dengan para ulama untuk meningkatkan
peran serta ummat dalam pembangunan Indonesia ke depan.
“Kita melihat hari ini, moralitas
menjadi persoalan krusial bangsa ini. Para ulamalah yang dapat membperbaikinya.
Karena itu kami senantiasa bersilaturahim dengan ulama untuk meminta nasehat, mendiskusikan
persoalan umat, untuk kemudian bersama-sama mencari solusi terbaik,” urai
Presiden PKS
sumber: http://pks.or.id/content/pks-dan-ulama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar