Senin, 12 Maret 2012

PKS dan Ulama


“Apakah kunjungan ini dalam upaya PKS mendekati kalangan Nahdliyin,” tanya seorang wartawan kepada Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dalam konferensi pers usai acara penutupan Rapat Koordinasi Nasional PKS Zona Jati Jaya dan Bali-Nusra di Surabaya, Minggu (11/3) siang. Pertanyaan itu disampaikan mengingat sang wartawan membaca bahwa salah satu rangkaian acara Rakornas kali ini pimpinan PKS merencanakan bersilaturahim dengan Ketua Syuriah PWNU Jatim KH Miftahul Ahyar, Pimpinan Pondok Pesantren Miftahus Sunnah, Surabaya.
 
Menanggapi pertanyaan tersebut, Presiden PKS senyum-senyum saja. “Kita niatnya silaturahim. Ada atau tidak ada Rakornas kita selalu silaturahim dengan para ulama. Sebelumnya teman-teman pimpinan wilayah PKS juga melakukan silaturahim dengan para kyai dan ulama di sini,” jelas Luthfi.

Merasa kurang puas dengan jawaban tersebut, wartawan lainnya mengajukan pertanyaan lanjutan. Katanya, apakah PKS akan mengambil masa Nahdliyin yang merasa tidak puas dengan kinerja parpol-parpol yang sekarang ada, termasuk partai yang didirikan oleh kalangan Nahdliyin sendiri.

“Kita tidak maumencampuri urusan rumah tangga orang. Tujuan kita silaturahin ya silaturahim. Kalau niatnya lain nanti tidak dapat pahala,” jawab Luthfi.

Sebagai partai politik tentunya PKS tidak bisa lepas dari persepsi bahwa apa yang dilakukan dan dikerjakan, termasuk silaturahim dengan ulama, senantiasa dikaitkan dengan tujuan politis. Persepsi ini sah-sah saja. Namun sebagai partai politik, apalagi menasbihkan diri sebagai partai dakwah, PKS senantiasa berkomunikasi dengan para ulama.

Dan komunikasi dilakukan dengan ulama dari semua kalangan, tidak terbatas hanya pada ulama NU saja, tetapi juga dengan ulama-ulama dari Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, dan ulama dari sejumlah organisasi lainnya. Hal ini dilakukan karena PKS menyadari pentingnya membangun komunikasi dengan semua kalangan ulama untuk menciptakan kesalingpahaman, kesalingmengertian, dan juga kerja sama dalam proyek-proyek pembangunan umat.

Komunikasi juga penting untuk saling kenal. Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Dengan komunikasi beragam persoalan, beragam perbedaan, bahkan beragam kesalahpahaman bisa didiskusikan, diluruskan, dan dicarikan jalan keluar terbaik dalam kerangka ukhuwah islamiyah.

Bagi PKS ukhuwah islamiyah jauh lebih penting dari pada angka-angka electoral. PKS tidak menginginkan mencapai angka electoral yang tinggi dengan mengorbankan ukhuwah islmaiyah. Karenanya, dalam penyusunan UU Pemilu, PKS berkeinginan angka electoral threshold bisa mengakomodir lolosnya partai-partai berazas dan berbasis massa Islam, berdampingan dengan partai-partai nasionalis lainnya.

Dalam kerangka ukhuwuah islamiyah inilah PKS membangun komunikasi dan kerjasama dengan para ulama untuk meningkatkan peran serta ummat dalam pembangunan Indonesia ke depan.

“Kita melihat hari ini, moralitas menjadi persoalan krusial bangsa ini. Para ulamalah yang dapat membperbaikinya. Karena itu kami senantiasa bersilaturahim dengan ulama untuk meminta nasehat, mendiskusikan persoalan umat, untuk kemudian bersama-sama mencari solusi terbaik,” urai Presiden PKS

sumber: http://pks.or.id/content/pks-dan-ulama
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar