Ada
gambaran islam yang sangat indah dan menarik, ada pula yang mengerikan. Ada yang
memberi kabar baik, ada pula yang membuat orang lari terbirit-birit. Kita akan
mampu menarik orang lain yang ada di sekitar kita dengan gambaran islam yang
sejuk dan memberikan kabar gembira.
Ada
orang-orang yang menghadirkan islam dengan gambaran yang menjadikan bulu roma
berdiri karena seramnya, yang membuat badan menggigil karena demikian berat
kewajiban-kewajibannya, dan hati menjadi gemetar saat mengingat semua itu. Itulah
gambaran yang meyerukan kepada islam, sesuatu yang hanya bersifat lafzhiyah
dalam akidah, formalitas dalam ibadah, yang mengedepankan negativism dalam
perilaku, yang surfisial dalam pemikiran, yang tekstual dalam penafsiran dan
yang bersifat zhahir dalam fikih serta mengedepankan penampilan dalam
kehidupan.
Itulah gambaran islam yang tampil dengan wajah yang sangar, yang tidak ramah, yang tidak mengenal dalam perjalanan dakwahnya kecuali kekerasan, tidak ada cara lain dalam dialognya kecuali cara yang kasar, kaku dalam bergaul dan vulgar dalam ungkapan.
Islam
yang mereka tampilkan adalah islam yang kaku, laksana batu karang yang tidak mengenal dan tidak mengakui adanya kemungkinan perbedaan pendapat, tidak
mengakui perbedaan ijtihad, tidak mengatakan kecuali hanya satu pendapat,
dengan satu wajah dan pola. Islam yang tidak mendengar pendapat dan pandangan
orang lain. Yang tidak melihat bahwa pada pendapatnya yang benar itu mengandung
kemungkinan salah, atau pendapat orang lain yang salah itu mengandung
kemungkinan benar. Mereka memandang bahwa pendapatnyalah yang benar dan tidak
mungkin salah, sedangkan pendapat orang lain itu salah dan tak mungkin benar.
Itulah
islam yang tidak mengenal toleransi terhadap orang yang berbeda pendapat dalam
masalah agama, yang tidak menerima dialog dengan orang-orang yang menerjunkan
diri secara intens dalam maslah fikih, yang tidak memberi ruang pada adanya
orang-orang yang berbeda pendapat dalam masalah siasat. Itulah islam yang
memperlebar ruang haram hingga hampir saja semua kehidupan ini menjadi kumpulan
dari hal-hal yang haram. Dan kalimat yang sering muncul dari mulut dan tulisan para
pendakwah islam yang demikian adalah : “Haram”
Sesungguhnya
islam yang diinginkan adalah islam yang ada pada masa islam awal. Islam Al-Quran
dan Sunnah, Sunnah Rasulullah dan para khulafa’ rasyidin yang mendapat
petunjuk. Islam yang membuka kemudahan dan tidak menciptakan kesulitan, yang
memberikan kegembiraan dan bukan membuat orang lari terbirit-birit. Islam yang
penuh kelembutan dan bukan kekasaran, yang selau membuka perkenalan dan bukan
saling mengingkari, yang memberikan ruang ruang toleransi dan bukan fanatisme,
yang substantive dan bukan formalistic, yang melahirkan amal nyata dan bukan
hanya perdebatan, yang membuka pintu ijtihad dan bukan sekedar taklid, yang
selalu melakukan tajdid dan bukan status quo, yang teratur dan tidak sembrono,
yang moderat dan tidak ekstrim.
Inilah
islam yang berdiri di atas dasar akidah yang ruhnya adalah tauhid, yang berdiri
di atas akhlak yang ruhnya adalah kebaikan, yang ada di atas syariah yang
ruhnya adalah keadilan, dan ikatan yang ruhnya adalah ukhuwah, serta buah dari
semua itu adalah peradaban yang ruhnya adalah keseimbangan dan kelengkapan.
Inilah
islam yang akan mendekatkan kita pada semesta, dan semesta pun akan mendekati
kita. Islam inilah yang menjadi tumpuan kebangkitan islam, atau yang wajib
menjadi tumpuan gerakan islam dari semua faksinya. Sebab tidak dapat dipungkiri
bahwa banyak gerakan islam yang membutuhkan pengalaman panjang yang melewati
masa-masa “pubertas” menuju masa dewasa (Lihat :Mustaqba Al-Ushuliyyah Al-Islamiyyah, Al-Qaradhawi)
Dikutip dari buku Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi karangan
Musthafa Malaikah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar